Hidup bagaikan garis lurus tak pernah kembali ke masa yang lalu
Hidup bukan bulatan bola yang tiada ujung dan tiada pangkal
Hidup ini melangkah lurus semakin mendekat ke titik terakhir
Setiap langkah hilangkan jatah menikmati hidup nikmati dunia
Pesan Nabi tentang mati, jangan takut mati karena pasti terjadi
Setiap insan psti mati, hanya soal waktu
Pesan Nabi tentang mati, jangan takut mati karena pasti terjadi
Dan janganlah kamu berbuat menyebabkan mati
Tiga rahasia Ilahi, yang berkaitan dengan hidup manusia
Kesatu tentang kelahiran, kedua pernikahan, ketiga kematian
Penuhi hidup dengan cinta dan ingatkan diri saat untuk berpisah
Tegakkan sholat lima waktu dan ingatkan diri saat disholatkan
Puisi dan Cerpen
Jumat, 02 Maret 2012
Titip Rindu Buat Ayah
Di matamu masih tersimpan selaksa peristiwa
Benturan dan empasan tersimpan di keningmu
Bahumu yang dulu kekar legam terbakar matahari
Kini kurus dan terbungkuk
Engkau telah mengerti hitam dan merah jalan ini
Keriput tulang pipimu gambaran perjuanagan
Kau tampak tua dan lelah keringat mengucur deras
Tapi engkau tetap tabah
Ayah, dalam hening sepi kurindu
Untuk menuai padi milik kita
Tapi kerinduan tinggal hanya kerinduan
Anakmu sekarang banyak menanggung beban...
Benturan dan empasan tersimpan di keningmu
Bahumu yang dulu kekar legam terbakar matahari
Kini kurus dan terbungkuk
Engkau telah mengerti hitam dan merah jalan ini
Keriput tulang pipimu gambaran perjuanagan
Kau tampak tua dan lelah keringat mengucur deras
Tapi engkau tetap tabah
Ayah, dalam hening sepi kurindu
Untuk menuai padi milik kita
Tapi kerinduan tinggal hanya kerinduan
Anakmu sekarang banyak menanggung beban...
Pohon Mahoni Tua
Berdiri tegak menyambut fajar
Embun menempel ikut berpijar
Sinar hangat mentari berpendar
Menembus lebat ranting kekar
Pohon Mahoni tua ikut meliut
Kala angin badai bersiut
Derai hujan ikut basahi dahan berebut
Gesekan daun dahan ranting terdengar ribut
Pohon mahoni setua kakek
Tumbuh di depan rumah gaek
Meneduhi kakek
Ketika mendongengi anak-anak yang takut tokek
Embun menempel ikut berpijar
Sinar hangat mentari berpendar
Menembus lebat ranting kekar
Pohon Mahoni tua ikut meliut
Kala angin badai bersiut
Derai hujan ikut basahi dahan berebut
Gesekan daun dahan ranting terdengar ribut
Pohon mahoni setua kakek
Tumbuh di depan rumah gaek
Meneduhi kakek
Ketika mendongengi anak-anak yang takut tokek
Pot-Pot Kaleng Bekas Kepunyaan Mirna
Mirna adalah tetangga Rima. Mirna tinggal bersama neneknya yang sudah tua. Rumah Mirna kecil, halamannya pun kecil. Namun, rumah itu tampak asri karena Mirna dan neneknya rajin memelihara tanaman. Nenek Marta yang sederhana menanam tanam-tanaman besar dan kecil di dalam pot-pot kaleng bekas. kaleng-kaleng tersebut dicat dan digambari dengan indah. Mirna rajin membantu Nenek Marta menyirami tanamannya.
"Mirna, engakau beri pupuk apa tanamanmu?" tanya Rima ketika berkunjung ke rumah Mirna.
"Untuk suplir-suplir ini nenek memberinya sisa daun teh,"jelas Mirna
"O, ini namanya suplir. Cantik sekali. Daunnya kecil-kecil dan halus," ucap Rima.
"Ini juga suplir, tetapi jenisnya yang berdaun besar. Suplir gajah namanya"kata Mirna.
Rima tertawa. "Kalau yang kecil, suplir semut?" tanya dengan riang.
Mirna tertawa lalu menjelaskan berbagai jenis tanaman suplir yang dimilikinya. Ada tiga puluh jenis.
"Mirna, nenekku minggu depan berulang tahun. Aku ingin memberinya hadiah tanaman," kata Rima.
"Apakah nenekmu suka tanaman juga?" tanya Mirna senang
"Ya. Nenek suka anggrek dan tanaman lainnya juga. Aku ingin memberinya suplir," jawab Rima.
"Ambil saja suplir yang kau suka, Rima. Nenekku pasti senang jika nenekmu senang juga."
"Wah, terima kasih, ya Mirna. Bolehkah aku minta suplir semut?"
"Tentu saja," sahut Mirna.
"Terima kasih, Mirna"kata Rima
"Mirna, engakau beri pupuk apa tanamanmu?" tanya Rima ketika berkunjung ke rumah Mirna.
"Untuk suplir-suplir ini nenek memberinya sisa daun teh,"jelas Mirna
"O, ini namanya suplir. Cantik sekali. Daunnya kecil-kecil dan halus," ucap Rima.
"Ini juga suplir, tetapi jenisnya yang berdaun besar. Suplir gajah namanya"kata Mirna.
Rima tertawa. "Kalau yang kecil, suplir semut?" tanya dengan riang.
Mirna tertawa lalu menjelaskan berbagai jenis tanaman suplir yang dimilikinya. Ada tiga puluh jenis.
"Mirna, nenekku minggu depan berulang tahun. Aku ingin memberinya hadiah tanaman," kata Rima.
"Apakah nenekmu suka tanaman juga?" tanya Mirna senang
"Ya. Nenek suka anggrek dan tanaman lainnya juga. Aku ingin memberinya suplir," jawab Rima.
"Ambil saja suplir yang kau suka, Rima. Nenekku pasti senang jika nenekmu senang juga."
"Wah, terima kasih, ya Mirna. Bolehkah aku minta suplir semut?"
"Tentu saja," sahut Mirna.
"Terima kasih, Mirna"kata Rima
Langganan:
Postingan (Atom)